Daerah  

PODCAST REMAJA PEMUDA GKE REBORN-Teras: Sosmed Penting, Tapi Harus Bijak dan Cerdas

PALANGKA RAYA/TABENGAN.com Senator Kalimantan Tengah (Kalteng) Agustin Teras Narang berdialog dengan anak-anak generasi penerus Gereja Kalimantan Evangelis (GKE) pada acara Podcast Remaja Pemuda GKE Reborn. Beberapa pandangan terkait penggunaan sosial media dan perlunya kecerdasan memakai perangkat teknologi cerdas.

Pertama, kata Teras Narang, komposisi jumlah warga dunia dan Indonesia serta akses mereka pada internet. Selanjutnya bagaimana dan berapa persentase penduduk Indonesia yang menggunakan sosial media dan alasan penggunaannya. Merujuk data pada Indonesian Digital Report 2022 “We Are Social”, per Februari 2022 total populasi warga Indonesia mencapai 277,7 juta.

Sementara perangkat mobile yang terhubung, lanjut Gubernur Kalteng periode 2005-2015 ini, mencapai 370,1 juta unit atau naik 3,6 persen dari tahun sebelumnya. Terlihat jumlah perangkat mobile yang terhubung lebih banyak dari jumlah penduduk, mengindikasikan penggunaan perangkat yang lebih dari 1 unit untuk 1 penduduk.

Pengguna internet mencapai 204,7 juta orang dan pengguna media sosial aktif mencapai 191,4 juta atau naik 12,6 persen dari tahun sebelumnya.

Waktu rata-rata setiap hari, jelas Teras, dalam penggunaan internet 8 jam, 36 menit, yang bila dibandingkan tahun 2021 lalu turun 3 persen. Rata-rata dalam sehari menurut laporan ini, waktu melihat televisi baik broadcast, streaming, dan video tentang permintaan sekitar 2 jam, 50 menit. Penggunaan sosial media, rata-rata setiap hari di Indonesia mencapai 3 jam 17 menit. Dan, rata-rata setiap hari waktu bermain game sekitar 1 jam 19 menit.

“Ini adalah gambaran yang perlu kita teliti agar kita benar-benar bijaksana menjadi pengguna sosial media. Perkembangan sosial media hari ini telah membawa dampak besar bagi kehidupan kita, termasuk kehidupan berdemokrasi dan ekonomi. Hadirnya sosial media selain berkomunikasi dan mencari informasi, juga dipakai sebagai sarana kampanya politik, menyampaikan gagasan hingga kritik terhadap pemerintah, dan termasuk untuk berbisnis,” papar Teras, via zoom meeting, Sabtu (18/6).

Sosial media, kata Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Daerah Pemilihan (Dapil) Kalteng ini, sarana sumber informasi alternatif, selain media mainstream, dan tak jarang menjadi kekuatan demokrasi untuk menghasilkan atau membatalkan kebijakan. Contoh rencana kenaikan tarif masuk ke Candi Borobudur menjadi Rp750 ribu, karena ramai di sosial media lalu ditangguhkan/dibatalkan.

Menggunakan ponsel cerdas untuk bersosial media dengan cara berpikir cerdas, pesan Teras, akan menghasilkan kebaikan. Tapi bila ponselnya cerdas, orang yang menggunakan tidak cerdas, maka perlu was-was. Hati-hati kalau tidak mau terjerat pasal UU Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).

Teras mengingatkan, dalam UU ITE secara umum dilarang untuk setiap pihak mendistribusikan dokumen elektronik bermuatan asusila, perjudian, pencemaran nama baik, pemerasan, dan pengancaman (pasal 27). Mendistribusikan berita bohong atau hoaks kepada masyarakat terkait suku, agama, ras antargolongan (pasal 28). Menyebarkan ancaman kekerasan atau menakut-nakuti (pasal 29).

Ancaman pelanggaran UU ITE bisa berujung ke penjara, sehingga perlu bijaksana bersosial media. Terlebih saat ini, polisi virtual telah hadir di ruang digital untuk memantau interaksi kita.

 “Karena itu, pada para generasi muda GKE, pesan saya agar di tengah era teknologi, generasi muda GKE perlu cerdas bersosial media. Menggunakan sosial media sebagai sarana pewartaan Injil dengan informasi yang mencerahkan serta mencerdaskan. Untuk menghasilkan kebaikan termasuk meningkatkan kesejahteraan dengan giat promosi usaha,” tambah Teras.

Hati-hati dengan pilihan narasi dan konten yang dibagikan di sosial media. Cek dan ricek, saring sebelum sharing, agar postingan di sosial media tidak membawa masalah bagi kita. Hindari pula cyber bullying yang tidak kita sadari menjatuhkan martabat orang lain.

“Kita mesti #Reborn, lahir kembali dari pemahaman sosial media hanya untuk eksistensi dan komunikasi. Sosial media lebih dari sekadar itu, sehingga perlu hati-hati, teliti, perdalam literasi, dan jadikan sebagai sarana peningkatan kapasitas diri. GKE dipanggil untuk mendampingi remaja dan pemuda agar bisa #Reborn dan menjadi berkat serta memberkati lewat sosial media. Jadilah garam dan terang!” ujar Teras Narang.ded

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.