SoftBank Akan Jual Hampir Semua Sahamnya Di Alibaba

Redaksi

SoftBank Akan Jual Hampir Semua Sahamnya Di Alibaba

Corong Nusantara – Perusahaan investasi Jepang SoftBank Group Corp dilaporkan telah bergerak untuk menjual hampir semua sahamnya yang tersisa di China Alibaba Group Holding Ltd.

Laporan tersebut pertama kali diungkap oleh Financial Times mengutip pengajuan peraturan yang telah dianalisisnya.

Saham Alibaba, salah satu aset paling berharga dalam portofolio SoftBank, anjlok sebanyak 5,1 persen di Hong Kong menyusul laporan tersebut sebelum memangkas kerugian menjadi 3,3 persen. Adapun saham SoftBank diperdagangkan tidak berubah, mengikuti pasar yang lebih luas.

Penjualan ke depan, yang dianalisis Financial Times berdasarkan pengajuan yang dikirim ke Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat, pada akhirnya akan memotong saham SoftBank di grup e-commerce menjadi hanya 3,8 persen, menurut Financial Times.

“Grup Jepang, yang dipimpin oleh pendiri miliarder Masayoshi Son, telah menjual saham Alibaba senilai sekitar 7,2 miliar dolar AS tahun ini melalui kontrak berjangka prabayar,” kata Financial Times, Rabu (12/4/2023).

SoftBank sendiri telah mencari cara untuk memonetisasi sahamnya di Alibaba, yang dibeli oleh konglomerat Jepang itu lebih dari dua dekade lalu dengan pengeluaran hanya 20 juta dolar AS.

Tahun lalu, SoftBank membukukan keuntungan sebesar 34 miliar dolar AS usai memangkas sahamnya di Alibaba menjadi 14,6 persen dari 23,7 persen. Hal tersebut dilakukan SoftBank untuk menopang cadangan kasnya di tengah kerugian besar yang dialami oleh Vision Fund.

Baca Juga :  Transaksi Tembus Rp 401 Triliun, Pertumbuhan Pengguna E-commerce Ditopang Oleh Pembayaran Digital

Pada saat itu juga digunakan kontrak forward prabayar, sejenis kontrak derivatif yang memungkinkan investor untuk melakukan lindung nilai atas risiko yang terkait dengan investasi ekuitas di suatu perusahaan.

Sebagai informasi, Alibaba telah kehilangan lebih dari dua pertiga valuasinya dari level tertinggi yang dicapai pada akhir 2020, terpukul oleh meningkatnya tindakan regulasi di sektor teknologi yang mencakup denda besar terhadap Alibaba dan pengawasan kerajaan bisnis pendiri Jack Ma.

Also Read