Ukraina Akui Sulit Menang Perang Melawan Rusia, Ini Penyebabnya

Redaksi

Corong Nusantara – Ukraina mengakui bakal sulit menang lawan Rusia.

Alasannya karena sistem persenjataan yang sangat kuran.

Apalagi karena Ukraina baru menerima 10 persen pasokan senjata dari NATO dan dari negara lain.

Hal tersebut diungkapkan oleh Wakil Menteri Pertahanan Ukraina, Hanna Maliar.

Mailar mengaku mengungkapkan kemenangan negaranya akan sangat sulit.

Ia mengungkapkan cadangan senjata Ukraina masih jadi andalan utama dalam perang melawan Rusia, empat bulan terakhir.

“Rusia punya lebih banyak kekuatan dan pasukan,” tutur Maliar, Rabu (15/6/2022).

“Karena itu, bagaimana pun usaha kami, bagaimana pun terlatihnya kami, sulit menang dari pertempuran ini,” ujarnya dikutip dari Kompas.id.

NATO dan Barat dilaporkan telah menggelontorkan bantuan senilai miliaran dolar kepada Ukraina, sejak invasi yang dilakukan Rusia, 24 Februari lalu.

Pertemuan pun akan dilakukan oleh Menteri Pertahanan dari negara NATO serta belahan dunia lain untuk membicarakan pengiriman persenjataan ke Ukraina.

Dilansir dari Al-Jazeera, Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg mengatakan sekutu akan melanjutkan pengiriman senjata berat dan sistem persenjataan jarak jauh ke Ukraina.

Setidaknya ada 28 negara yang mengirimkan bantuan persenjataan dengan nominal miliaran dolar ke Ukraina.

Sebanyak 25 dari 28 negara tersebut adalah anggota NATO, termasuk Amerika Serikat (AS) dan Inggris yang menyuplai Kiev dengan senjata canggih seperti sistem peluncuran roket ganda (MLRS).

Baca Juga :  Bahas Upaya Gencatan Senjata, PBB Akan Bertolak Ke Moskow Dan Kyiv

Kemenangan Ukraina Penting

Sementara itu, Menteri Pertahanan Inggris, Ben Wallace menegaskan kemenangan Ukraina atas Rusia sangat penting.

Pasalnya, menurut Wallace, China tengah mengamati reaksi Barat atas invasi yang dilakukan Rusia ke Ukraina.

Ia menegaskan jika perang berakhir dengan Moskow mengontrol 20 persen Ukraina, dan Presiden Rusia, Vladimir Putin masih berkuasa, maka China akan belajar bahwa Barat tak memiliki tekad.

Apalagi, sebelum itu kesimpulan yang sama sempat muncul setelah Taliban kembali mengontrol Afghanistan tahun lalu, setelah pasukan Amerika Serikat (AS), Inggris dan NATO ditarik dari sana.

“Ukraina menjadi penting karena China saat ini tengah memperhatikan,” kata Wallace di Oslo, Norwegia, Rabu (15/6/2022) dikutip dari Sky News.

“Anda bisa melihat semua permasalahan di Taiwan. Perang ini (di Ukraina) jelas mengenai tekad Barat untuk mempertahankan nilai-nilainya,” ujar Wallace.

Ia pun menegaskan, karena itu semua jenis orang yang memiliki pandangan berbeda tentang dunia, atau musuh dan pesaingnya, akan melihat dan menguji tekad itu.

“Serta terlibat sejauh mana mereka dapat mendorongnya,” ucap Wallace.

Barat sendiri telah memperlihatkan bagaimana Inggris, AS dan sekutu Barat lainnya bersatu untuk memberikan sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya kepada Putin.

Baca Juga :  Zelensky: Rusia Akan Hadapi Pertempuran Hingga Mati Jika Berani Merebut Ibu Kota Ukraina

Sumber: Kompas.id/Kompas.TV/Al Jazeera/Sky News

Also Read