Alergi ASI Pada Bayi: Penjelasan dan Pencegahannya

Redaksi

Alergi ASI Pada Bayi: Penjelasan dan Pencegahannya

Alergi ASI Pada Bayi – Setiap orang tua pasti berharap anaknya mendapatkan ASI eksklusif sebagai asupan nutrisi utama. Namun, seringkali ibu-ibu khawatir tentang kemungkinan bayi mengalami alergi terhadap ASI. Apakah perlu dikhawatirkan? Bagaimana penjelasan mengenai alergi ASI pada bayi? Mari kita simak penjelasannya secara detail di bawah ini.

Asupan Ibu yang Mempengaruhi Alergi ASI pada Bayi

Beberapa pakar kesehatan menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada bayi yang alergi terhadap ASI itu sendiri. Alergi yang terjadi pada bayi biasanya disebabkan oleh makanan atau minuman yang dikonsumsi oleh ibu selama menyusui.

Meskipun demikian, reaksi alergi terhadap ASI yang disebabkan oleh makanan atau minuman tertentu ini sangat jarang terjadi. Tanda-tanda bayi yang mungkin mengalami alergi ASI akibat asupan ibunya antara lain mual, diare, sesak napas, dan ruam yang bisa bertahan selama beberapa jam setelah bayi mendapatkan ASI.

Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai tanda-tanda bayi alergi terhadap ASI:

Gumoh

Perlu diketahui bahwa gumoh atau muntah pada bayi bisa terjadi secara spontan dan normal. Namun, ada perbedaan antara gumoh dan muntah. Gumoh biasanya hanya sedikit cairan yang keluar tanpa disertai kontraksi otot perut. Jika frekuensi gumoh normal adalah 1-4 kali sehari, maka jika bayi mengalami gumoh lebih dari itu, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Ruam

Selain gumoh, tanda-tanda bayi alergi ASI juga dapat terlihat dari kulit yang memerah. Biasanya kondisi ini terjadi akibat ibu yang menyusui mengonsumsi makanan laut.

Baca Juga :  Pemberian Susu Formula: Memicu Potensi Obesitas Pada Anak

Sesak Napas

Sesak napas atau nafas yang berbunyi juga bisa menjadi tanda bayi alergi terhadap ASI. Kondisi ini mungkin terjadi setelah bayi minum ASI. Meskipun tanda ini mirip dengan gejala asma, namun tidak selalu menjadi ciri utama alergi ASI.

Diare

Alergi ASI juga dapat menyebabkan bayi mengalami diare. Bahkan diare bisa terjadi segera setelah bayi lahir dan mulai menerima ASI, termasuk kolostrum. Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan sistem pencernaan bayi untuk mengolah beberapa protein dan kadar laktosa dalam ASI. Diare pada bayi adalah kondisi yang berbahaya, oleh karena itu, segera bawa bayi ke dokter anak terdekat untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Asupan yang Perlu Diperhatikan agar Alergi ASI Tidak Terjadi

Salah satu penyebab alergi ASI pada bayi adalah susu sapi. Protein yang terkandung dalam susu sapi dapat diserap oleh tubuh bayi saat menyusui, dan hal inilah yang dapat menyebabkan alergi ASI.

Selain susu sapi, beberapa bahan makanan lain yang bisa menyebabkan alergi ASI antara lain buah-buahan sitrus (seperti lemon dan jeruk), tomat, kacang-kacangan, telur, dan tepung terigu.

Beberapa jenis makanan yang sebaiknya diperhatikan karena berpotensi memicu alergi pada bayi antara lain brokoli, cokelat, bawang, cabai, dan produk olahan susu. Selain itu, bayi juga berisiko mengalami alergi setelah minum ASI jika ibu mengonsumsi:

Susu Sapi

Jika bayi mengalami alergi ASI akibat ibu yang mengonsumsi susu sapi, disarankan untuk berhenti mengonsumsinya selama 2-4 minggu. Namun, proses menyusui tetap dapat dilanjutkan. Ibu dapat kembali mengonsumsi susu sapi setelah gejala alergi mereda. Namun, jika muncul gejala yang lebih parah, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter.

Baca Juga :  Jika Tidak Ditangani, Kolesterol Tinggi Bisa Berujung Disabilitas

Minuman Berkafein

Konsumsi kopi oleh ibu yang sedang menyusui dapat mempengaruhi tidur bayi. Sekitar 1 persen kafein yang dikonsumsi oleh ibu dapat terabsorpsi ke dalam ASI. Hal ini dapat menyebabkan bayi mengalami alergi terhadap ASI.

Minuman Beralkohol

Konsumsi minuman beralkohol oleh ibu hamil dapat menyebabkan alkohol terabsorpsi ke dalam ASI, yang berpotensi mempengaruhi kesehatan bayi. Diperlukan waktu beberapa jam bagi tubuh untuk menghilangkan alkohol dari darah.

Ikan yang Mengandung Merkuri

Meskipun beberapa ikan mengandung asam lemak omega-3 dan protein yang baik bagi tubuh, namun beberapa ikan juga mengandung merkuri yang berbahaya. Beberapa contoh ikan tersebut antara lain makarel, todak, dan tuna. Kandungan merkuri pada ikan-ikan ini dapat mencemari ASI dan berisiko mengganggu perkembangan otak bayi.

Pencegahan Alergi ASI pada Bayi

Alergi ASI pada bayi merupakan kondisi yang kompleks, oleh karena itu, konsultasikan dengan dokter untuk menentukan pola makan yang tepat bagi ibu menyusui. Meskipun ada beberapa makanan dan minuman yang sebaiknya dihindari, namun ibu tetap harus memperhatikan asupan gizi yang seimbang.

Berikut adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan jika bayi memiliki riwayat alergi:

  • Hindari pemberian susu formula standar pada bayi selama 4-6 bulan pertama. Jika bayi membutuhkan susu pengganti, pilihlah susu formula hidrolisat parsial atau total.
  • Saat memperkenalkan makanan alergenik seperti telur, gandum, dan susu, mulailah dengan jumlah yang sedikit dan satu jenis makanan saja setiap kali.
  • Rutin membersihkan tempat tidur bayi dari tungau atau debu.
  • Hindari paparan asap rokok selama kehamilan dan setelah bayi lahir.
  • Memberikan ASI eksklusif pada bayi selama 6 bulan pertama.
  • Proses penyapihan sebaiknya tidak dilakukan sebelum bayi mencapai usia minimal 17 bulan.
  • Mulailah memberikan makanan pendamping ASI (MPASI) ketika bayi masih menerima ASI, biasanya pada usia 6 bulan.
  • Pada usia 12 bulan, bayi sebaiknya sudah mencoba semua jenis makanan yang cocok untuk usianya, termasuk makanan atau minuman yang berpotensi menyebabkan alergi.
  • Selama kehamilan dan menyusui, hindari penggunaan obat antimual, parasetamol, dan obat golongan NSAID.
  • Selama kehamilan dan menyusui, ibu sebaiknya mengikuti pola makan sehat dan memperkenalkan berbagai jenis makanan yang berpotensi menyebabkan alergi.
Baca Juga :  15 Manfaat Lari untuk Kesehatan Tubuh: Meningkatkan Gairah Seks, Redakan Stres, dan Turunkan Risiko Kanker!

Pemberian MPASI terlalu dini dapat meningkatkan risiko alergi pada bayi. Namun, pemberian MPASI terlalu lambat juga dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan bayi. Oleh karena itu, penting untuk menjaga keseimbangan dalam memperkenalkan berbagai jenis makanan kepada bayi.

Meskipun demikian, kondisi alergi ASI tidak boleh membuat Anda menghentikan pemberian ASI eksklusif. Pemberian ASI tetap penting karena mengandung nutrisi yang tidak dapat digantikan oleh susu formula.

Dengan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi alergi ASI pada bayi dan menerapkan langkah-langkah pencegahan yang tepat, kita dapat membantu menjaga kesehatan dan kenyamanan bayi selama masa menyusui. Jika Anda memiliki kekhawatiran atau pertanyaan lebih lanjut, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi yang kompeten.

Also Read