Bakteri Penyebab Antraks: Dilindungi Oleh Spora Dan Bertahan Hidup Lama Dalam Tanah

Redaksi

Bakteri Penyebab Antraks: Dilindungi Oleh Spora Dan Bertahan Hidup Lama Dalam Tanah

Corong Nusantara – Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Imran Pambudi, mengungkapkan bahwa penyakit Antraks merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri bernama Bacillus Anthracis.

Menurut Imran, bakteri ini tidak hanya menyerang hewan herbivora seperti sapi dan kambing, tetapi juga dapat menular kepada manusia.

Dalam konferensi pers virtual yang berjudul ‘Update Situasi Antraks di Indonesia’ yang diselenggarakan melalui kanal YouTube Kementerian Kesehatan pada Kamis (6/7/2023), Imran menjelaskan bahwa bakteri ini akan membentuk spora saat terpapar udara.

Spora tersebut berfungsi sebagai pelindung bagi bakteri tersebut.

Imran menjelaskan, “Bakteri penyebab Antraks akan membentuk spora saat terpapar udara. Spora ini berfungsi sebagai pelindung, sehingga bakteri di dalam spora sulit untuk mati karena terlindungi oleh spora tersebut.” Hal ini menjelaskan mengapa bakteri penyebab Antraks dapat bertahan hidup dalam tanah selama puluhan tahun.

Pernyataan ini disampaikan Imran ketika muncul kasus penularan virus Antraks yang mengakibatkan tiga orang meninggal di Gunung Kidul, Yogyakarta.

Imran mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap penyakit ini, terutama di wilayah Yogyakarta yang terjangkit penyakit Antraks. “Kita perlu waspada terhadap penyakit ini bersama-sama,” tegas Imran.

Imran juga menyebutkan bahwa penyakit Antraks sebenarnya telah muncul di Yogyakarta sejak tahun 2016 hingga 2022, tetapi belum ada yang meninggal dunia akibat penyakit ini.

Baca Juga :  RSI PKU Muhammadiyah Gelar Vaksinasi Massal Mentari Vaccine Covid-19

Namun, pada tahun ini, kasus Antraks mencatat angka kematian sebanyak tiga orang.

Seorang warga yang meninggal dunia pertama kali dinyatakan positif terinfeksi Antraks, sementara dua orang lainnya masih dalam proses konfirmasi.

Namun demikian, dua orang tersebut diketahui telah melakukan kontak erat dengan bangkai sapi yang dikonsumsi oleh warga di Gunung Kidul.

Imran mengimbau masyarakat secara luas untuk waspada jika muncul gejala yang menyerupai tanda-tanda penyakit Antraks.

Selain itu, masyarakat juga perlu segera memeriksakan diri ke fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) jika telah melakukan kontak erat dengan sapi yang mati secara tiba-tiba.

“Jika Anda mengalami gejala seperti kulit melepuh dan pernah kontak dengan sapi yang mati dengan penyebab yang tidak jelas, segera laporkan ke faskes,” jelas Imran.

Sebelumnya, puluhan warga di Kelurahan Candirejo, Gunung Kidul, Yogyakarta, telah dinyatakan positifterinfeksi virus Antraks.

Dari 125 orang yang menjalani pemeriksaan, sekitar 87 warga dari Dusun Jati, Gunung Kidul, dinyatakan positif tertular virus ini, dan satu orang di antaranya meninggal dunia.

Lalu, apa sebenarnya penyakit Antraks itu? Menurut informasi yang dikutip dari clevelandclinic.org pada Kamis (6/7/2023), Antraks merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh paparan bakteri Bacillus anthracis. Bakteri ini berada dalam keadaan tidak aktif atau dormant di dalam tanah.

Baca Juga :  Cara Mengatur Pola Makan Seimbang untuk Menjaga Kesehatan

Penyakit Antraks umumnya menyerang hewan yang berinteraksi dengan tanah yang terkontaminasi oleh bakteri tersebut.

Manusia dapat terinfeksi Antraks melalui spora bakteri yang terhirup, makanan atau air yang terkontaminasi, atau melalui luka pada kulit.

Untuk mengobati infeksi Antraks yang berpotensi mematikan ini, penggunaan antibiotik merupakan tindakan pertama yang dilakukan.

Selain itu, vaksinasi juga merupakan salah satu bentuk perlindungan terhadap penyakit ini.

Jenis-jenis Antraks dapat mencerminkan berbagai cara bakteri Bacillus anthracis masuk ke dalam tubuh manusia.

Pertama, terdapat jenis Antraks kulit (cutaneous). Jenis ini umumnya terjadi ketika bakteri menginfeksi tubuh melalui luka pada kulit.

Antraks kulit merupakan bentuk yang paling umum dan jarang berakibat fatal.

Orang yang berinteraksi langsung dengan bulu, kulit, atau rambut hewan memiliki risiko tertinggi terkena infeksi ini.

Kemudian, terdapat jenis Antraks gastrointestinal. Jenis ini umumnya terjadi pada orang yang mengonsumsi daging mentah atau setengah matang dari hewan yang terinfeksi. Bakteri akan mempengaruhi saluran kerongkongan, tenggorokan, perut, dan usus.

Selanjutnya, terdapat jenis Antraks inhalasi. Orang yang menghirup spora Antraks dapat mengembangkan bentuk Antraks yang mematikan.

Hal ini dapat menyebabkan gangguan pernapasan yang serius dan berujung pada kematian.

Antraks inhalasi sering disebut juga sebagai penyakit woolsorter karena orang yang bekerja di pabrik wol, rumah jagal, dan industri penyamakan kulit berisiko terpapar spora dari hewan yang terinfeksi.

Baca Juga :  180 Warga Kompleks Betang Ikut Vaksinasi 

Terakhir, terdapat jenis Antraks injeksi. Orang yang menggunakan suntikan heroin dapat terkena Antraks injeksi.

Jenis ini menyebabkan infeksi di bawah kulit atau otot yang dalam.

Penyakit ini ditemukan di seluruh dunia, tetapi lebih sering terjadi di negara-negara berkembang yang tidak melaksanakan vaksinasi pada hewan ternak mereka.

Also Read