Dari Gaza ke Islam: Memahami Kekuatan Transformatif Al-Qur’an

Bryn Putra

Dari Gaza ke Islam: Memahami Kekuatan Transformatif Al-Qur'an
Dari Gaza Ke Islam: Memahami Kekuatan Transformatif Al-Qur'An

Di tengah genosida dahsyat yang terjadi di Gaza, dari reruntuhan tersebut muncul cahaya yang tak terhancurkan yang telah memikat hati orang-orang di seluruh dunia—keyakinan dan ketangguhan masyarakat Gaza. Ini bukan perang pertama. Sayangnya, ini juga bukan pertama kalinya pembersihan etnis terhadap masyarakat adat terjadi di tangan penguasa tiran. Namun, sekarang adalah era media sosial, di mana orang luar dapat menyaksikan kehancuran yang terjadi dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sering digambarkan sebagai penjara terbuka dan kamp konsentrasi, Gaza telah disandera dan kini menghadapi kelaparan, tanpa akses terhadap kebutuhan penting untuk bertahan hidup, seperti air, makanan, bahan bakar, dan perawatan medis. Pembantaian tanpa henti terhadap ribuan warga sipil tak berdosa, yang sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, merupakan hal yang mengerikan dan tak terduga.

Namun, kami melihat harapan mereka. Para penyintas secara ajaib mampu berdiri dan melanjutkan, meski kehilangan segalanya berkali-kali. Mereka bukanlah orang-orang biasa; martabat dan keberanian mereka terpancar di layar kami. Sebagai penduduk yang mayoritas beragama Islam, mereka menguburkan orang yang dicintainya sebagai rasa syukur atas setiap nafas yang diberikan Tuhan dan dengan keyakinan akan dipertemukan kembali dengan orang tersebut di surga. Mata dan hati mereka tertuju pada kehidupan kekal yang akan datang. Masyarakat Gaza hidup di dunia ini dengan kesadaran bahwa ini bukanlah segalanya dan akhir dari segalanya seperti yang diklaim oleh sekularisme modern. Dikhianati dan ditinggalkan oleh sebagian besar masyarakat di dunia, mereka melihat kenyataan pahit dari dunia yang tidak adil yang menutup mata terhadap penderitaan mereka dan mengabaikan teriakan mereka.

Baca Juga :  Perbedaan Nuzulul Quran Dengan Lailatul Qadar Di Bulan Ramadhan

Namun, mereka tetap bertekad. Iman mereka tidak bisa dibungkam. Baik muda maupun tua, suara mereka membawa keyakinan bahwa kemenangan sejati dicapai dengan mengarahkan rasa takut dan keluh kesah mereka kepada Tuhan Yang Maha Esa, sembari tetap mengerahkan ketabahan melalui pantang menyerah. Rasa syukur mereka didasarkan pada keyakinan bahwa, meskipun keadaan mereka serba kekurangan dan putus asa, mereka telah memperoleh anugerah terbesar dalam hidup ini, yaitu bimbingan ilahi. 

Oleh karena itu, mereka dengan sepenuh hati menginvestasikan upaya mereka demi keuntungan abadi di masa depan. Hal ini ditunjukkan melalui pengabdian, ibadah, dan ketergantungan mereka pada Tuhan. Inilah iman dalam tindakan, inilah Islam: penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Mereka memiliki kesabaran, rasa syukur, dan keyakinan terhadap janji surga dari Tuhan. Inilah sumber kedamaian dan kepuasan batin yang kita lihat termanifestasi dalam pancaran cahaya yang jelas di wajah mereka, di tengah air mata dan senyuman, dan di wajah orang-orang yang ditinggalkan.

Artikel ini menyoroti sifat transformatif dari bimbingan ilahi yang mengilhami dan menghasilkan keimanan dan ketahanan yang patut dicontoh. Mendemonstrasikan bagaimana bimbingan ilahi menginspirasi tidak hanya masyarakat Gaza, namun seluruh umat manusia, buku ini menelusuri dampak mendalam dan abadi Al-Qur’an terhadap keimanan, karakter, dan tekad para pencari kebenaran yang tulus, dulu dan sekarang.

Baca Juga :  Tentara Israel Tembak Mati Pria Palestina Saat Mengemudi Di Tepi Barat

Pencari kebenaran dan ahli Al-Qur’an

Dari Gaza Ke Islam: Memahami Kekuatan Transformatif Al-Qur'An

Selain pemusnahan di Gaza, kita juga menyaksikan perjuangan demi kebenaran yang belum pernah terjadi sebelumnya. Terdapat perang besar yang terjadi dalam memperebutkan kendali atas narasi publik dengan serangan harian terhadap laporan-laporan media yang saling bertentangan dan upaya-upaya kurang ajar dari para pemimpin politik untuk membenarkan kekejaman yang mereka lakukan, menggalang dukungan, dan meningkatkan citra mereka di mata publik. Ketulusan, integritas, dan kredibilitas menjadi langka. 

Dengan ini, muncul peningkatan kesadaran akan pertarungan internal dalam diri kita masing-masing untuk membedakan kebenaran bagi diri kita sendiri. Ini adalah pertarungan terus-menerus di dalam hati dan pikiran yang harus diperjuangkan oleh setiap individu, dengan tingkat pengawasan diri yang menuntut perhatian cermat terhadap suara paling halus di dalam diri kita. Menjunjung kebenaran adalah tujuan dan perjuangan hidup di dunia, dan merupakan satu-satunya sarana keselamatan di akhirat. 

Perjuangan untuk mendapatkan kebenaran tidak terbatas pada arena politik namun meluas ke setiap arena kehidupan; tidak ada seorang pun yang kebal dari berpaling dari kebenaran atau disesatkan dari kebenaran, dan hal ini mempunyai konsekuensi yang mengerikan. Inilah sebabnya mengapa kita diperintahkan untuk memohon kepada Tuhan setiap hari agar kita tetap setia pada kebenaran yaitu Jalan yang Lurus.

Baca Juga :  Pilar-pilar Utama Agama Islam: Iman, Islam, dan Ihsan

Ketika kita memahami realitas kehidupan ini, sejarah peradaban manusia, dan kesalahan manusia, kita berharap kebenaran akan menemui perlawanan. Sebagaimana kita tahu bahwa bangsa-bangsa bangkit dan jatuh, seperti halnya para tiran di dunia ini, kita juga tahu bahwa kebenaran selalu menang atas kepalsuan. Perjuangan untuk menegakkan kebenaran melampaui dan melampaui segalanya di dunia ini. Oleh karena itu, dalam salah satu surah terpendek namun paling mendalam dalam Al-Qur’an, yang mencakup esensi Islam, Tuhan bersabda: “Dengan berlalunya waktu! Tentu saja umat manusia berada dalam kerugian besar—kecuali mereka yang beriman, berbuat baik, dan saling mendorong pada kebenaran, serta saling mendorong untuk bertahan.”

Also Read