SOSIALISASI 4 PILAR-Teras Sampaikan Etika Kehidupan Berbangsa

Redaksi

PALANGKA RAYA/Corong Nusantara Senator Kalimantan Tengah (Kalteng) Agustin Teras Narang kembali menggelar Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan. Kali ini, para mahasiswa Universitas Muhammadiyah Palangka Raya (UMPR) yang menjadi sasaran. Hadir secara langsung Wakil Rektor II UMPR Dr Nurcahyono dalam Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan itu.

Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan yang dibawakan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Daerah Pemilihan (Dapil) Kalteng ini, terkait dengan Tantangan Kebangsaan yang didasarkan pada TAP MPR No.VI Tahun 2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa. Tantangan yang dihadapi terbagi 2, yakni tantangan yang bersifat internal dan tantangan yang bersifat eksternal.

Gubernur Kalteng periode 2005-2015 ini menjelaskan, tantangan bersifat internal berupa  lemahnya penghayatan dan pengamalan agama serta munculnya pemahaman agama yang keliru. Berikutnya pengabaian terhadap kepentingan daerah dan fanatisme kedaerahan, kurang berkembangnya penghargaan atas kebhinekaan, kurangnya keteladanan dalam sikap dan perilaku sebagian pemimpin serta tokoh bangsa, dan tidak berjalannya penegakan hukum secara optimal.

Lebih lanjut, kata Teras, secara eksternal memiliki beberapa tantangan seperti globalisasi. Perang Ukraina dan Rusia, dan ketegangan China dan Taiwan, yang memiliki dampak terhadap situasi dunia. Ditambah pandemi Covid-19 yang secara global terjadi, namun sekaligus juga membuat kita mengalami lompatan. Pandemi memiliki hikmah, sehingga kita bisa mengoptimalkan peran teknologi.

Baca Juga :  Bayar Denda Rp5 juta, Segel Plat D Family Karaoke Dibuka

“Berbagai tantangan yang masih relevan hingga hari ini, saya mengajak agar seluruh mahasiswa UMPR dan seluruh generasi muda lainnya, untuk berpegang teguh pada 4 Pilar Kebangsaan kita. Menjaga dan mengawal Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika. Empat pilar ini telah terbukti mampu menjaga kita dari kekacauan sebagaimana terjadi di negara luar yang terpecah,” kata Teras, saat memberikan sosialisasi via zoom meeting, Senin (8/8).

Banyaknya tantangan, kata Teras, tentu membuat kita mengalami kekhawatiran, kerisauan. Mesti demikian, tidak boleh pesimis, juga tidak bisa terlalu optimis. Kita perlu menjadi realistis dengan memahami apa yang menjadi tantangan dan memperkuat peran Pancasila dalam menghadapi tantangan yang ada.

“Saya pun memberi apresiasi juga pada para mahasiswa yang aktif berdinamika dan bertanya tentang masalah kebangsaan kita. Soal pendidikan, keberagaman keyakinan, kedudukan 4 pilar, hingga soal mengapa Pancasila dijadikan dasar kebangsaan disampaikan dengan baik. Ada juga pertanyaan menarik soal bagaimana menghadapi Pemilu dengan tantangan politik identitas yang membuat kita terpolarisasi. Pertanyaan menggelitik lainnya soal penegakan hukum yang kadang terlebih dulu viral baru, kemudian ditindaklanjuti,” kata Teras lagi.

Teras berpesan, khusus terkait pertanyaan jelang Pemilu yang kontekstual dengan kondisi saat ini, dinamika kesejarahan Pemilu di Indonesia. Sebagai bagian dari pelaku sejarah dari dinamika Pemilu langsung oleh rakyat pada tahun 2004, dan pemilihan kepala daerah langsung pada 2005, perubahan besar yang terjadi dalam demokrasi.

Baca Juga :  Jasa Raharja Kerja Sama Dengan Koperasi Angkutan Sewa Berbasis Online

Namun, tegas Teras, salah satu konsekuensinya adalah adanya polarisasi akibat fanatisme pendukung. Sebagai negara yang baru memiliki sistem pemilu langsung, ada dampak yang harus diterima. Salah satunya memunculkan ketidakharmonisan antar masyarakat yang memiliki pilihan berbeda.

Supaya polarisasi tidak terjadi, mahasiswa UMPR agar menyampaikan ke masyarakat luas, bahwa demokrasi tujuannya memilih pemimpin negara. Artinya disepakati dengan 4 Pilar Kebangsaan, maka kita memilih pemimpin untuk semua tanpa membedakan latar belakangnya dan menghindari polarisasi.

Setiap Pemilu memiliki dinamika berbeda. Diharapkan Pemilu yang sudah berjalan memberikan pelajaran bagi kita, untuk tidak mengulangi praktik-praktik demokrasi yang tidak sehat. Jelang Pemilu dan Pilkada yang akan digelar pada 2024, diharapkan peranan mahasiswa-mahasiswi untuk memberi penyadartahuan bagi masyarakat pemilih agar dapat mengikuti proses demokrasi dalam semangat persatuan. Tidak membedakan latar belakang SARA, melainkan memilih berdasarkan kapasitas, integritas, dan kapabilitas calon yang dipilih. ded

Also Read

Tags