*Sebagian Kalteng di Lingkup Awan Cumulonimbus Spasial 50-75 Persen
PALANGKA RAYA/Corong Nusantara – Potensi cuaca ekstrem bisa saja terjadi beberapa hari kedepan. Berdasarkan pengamatan Badan Metereologi dan Geofisika (BMKG), memang ada potensi pola pusaran angin/bibit siklon, khususnya di wilayah Laut Timur dan Arafura, setidaknya dalam dua hari kedepan.
Terkait itu, Kepala BMKG Pusat Prof Ir Dwikorita Karnawati dalam Konferensi Pers potensi bibit siklon di laut arafura dan analisis dampaknya via zoom, Rabu (22/12) menuturkan, pihaknya melalui peringatan dini siklon terus melakukan pemantauan. Pasalnya potensi adanya siklon ini, berdampak pada kondisi cuaca hingga gelombang secara signifikan, di wilayah Indonesia.
Dirinya juga menuturkan, dampak dari potensi siklon atau cuaca ekstrem ini bisa dicegah, agar tidak muncul korban jiwa.
Terkait itu pihaknya memberikan himbauan menyangkut peringatan dini potensi cuaca ekstrem, seperti menghindari kegiatan pelayaran di wilayah yang terdampak. Selain itu juga menghindari daerah rentan bencana, seperti lembah sungai, lereng rawan longsor, pohon mudah tumbang dan lainnya.
Dijelaskannya juga, agar mengatasi potensi dampak seperti banjir/bandang/banjir pesisir serta wilayah rentan tanah longsor.
Pihaknya juga meminta stakeholder mengintensifkan koordinasi, dalam upaya antisipasi bencana hidrometereologi. Yang terakhir, ujar dia, adalah terus memantau prakiraan cuaca serta peringatan dini cuaca ekstrem melalui website www.bmkg.go.id.
Selain itu dijelaskan juga beberapa wilayah di Indonesia yang masuk dalam cakupan Awan Cumulonimbus dengan presentase spasial maksimal yaitu 50-75 persen, yang mana sebagian Kalteng ada di lingkup tersebut. Lalu ada juga wilayah seperti Pesisir BaratAceh, NTB, Samudera Pasifik Utara Papua, yang masuk dalam spasial maksimal diatas 75 persen.
Sementara itu Deputi Metereologi BMKG Guswanto menambahkan, diprediksikan dalam beberapa hari kedepan kecepatan angin mencapai 62-88 km/jam di wilayah terkait, khususnya pada 25 Desember ini. Untuk itu, ucapnya, perlu adanya zona kewaspadaan, khususnya di wilayah laut Arafura dan beberapa daerah terdampak lainnya.(drn)