PALANGKA RAYA/Corong Nusantara– Pumpung Hai dan Festival Dayak 2022 secara resmi dibuka, Rabu (27/7), di Kompleks Bundaran Besar Palangka Raya. Salah satu agenda dalam pembukaan Pumpung Hai adalah Parade Dohong.
Peserta Parade Dohong sangat antusias, meskipun hujan lebat mendera. Mereka yang hadir mengakui, mengikuti Parade Dohong atas keinginan sendiri. Keikutsertaan dalam Parade Dohong semata bentuk kecintaan akan warisan leluhur.
Penasihat Gerakan Betang Bersatu Kalteng Tupel Anton menyampaikan terima kasih kepada Panitia Pumpung Hai yang sudah memikirkan untuk melakukan Parade Dohong dalam pembukaan Pumpung Hai. Ini menjadi bukti sebagai seorang Dayak yang mencintai warisan leluhur.
Tupel Anton menegaskan, Dohong memiliki nilai sakral yang sama tingginya dengan Mandau. Tidak itu saja, lazimnya Mandau memang lebih sering dipergunakan untuk ritual adat Dayak. Padahal, Dohong juga dapat digunakan untuk berbagai ritual adat Dayak.
“Dohong adalah senjata tertua suku Dayak, dan dengan nilai sakral yang tinggi. Artinya, Dohong dapat dipergunakan untuk kegiatan ritual adat Dayak yang ada di Kalteng pada khususnya. Adanya Parade Dohong lebih menyampaikan kembali kepada masyarakat, bahwa Dohong adalah senjata asli suku Dayak,” kata Tupel Anton.
Sementara itu, Pemilik Dohong Afrendi, mengatakan, Dohong memang sakral bagi masyarakat suku Dayak. Sebab itu, Dohong tidak bisa sembarang dipergunakan. Ada hal-hal tertentu saja yang dapat dipergunakan, seperti misalnya ritual adat.
Dohong, jelas Afrendi, memiliki nilai sakral yang tinggi bagi banyak kalangan. Sebab itu, para pemilik Dohong secara turun temurun mewariskan Dohongnya kepada anak cucunya. Beruntung, di Kalteng para penempa Dohong masih ada, meskipun jumlahnya relatif sedikit.
Terakhir, ungkap Afrendi, apresiasi atas Parade Dohong ini. Semoga ke depan kegiatan seperti ini dapat terus menerus dilaksanakan. Tujuannya untuk memperkenalkan apa itu Dohong, dan sejarah seperti apa Dohong itu, serta filosofi apa yang terdapat di dalamnya.
Sementara itu, Ketua Panitia Pumpung Hai Dre Junaidy menyesalkan tidak hadirnya para pejabat dalam pembukaan Pumpung Hai. Padahal, Pumpung Hai dilaksanakan sebagai bentuk persatuan dan kebersamaan suku Dayak dalam menjawab berbagai persoalan yang terjadi selama ini.
“Kita memahami, mungkin para pejabat yang tidak bisa hadir ini karena memang kesibukan yang tidak bisa ditinggalkan. Semua pejabat secara lengkap sudah disampaikan undangannya. Semua kembali ke pejabat itu sendiri, apabila memang berhalangan tentu tidak bisa dipaksa,” kata Andreas, saat memberikan tanggapan minimnya pejabat yang hadir dalam pembukaan Pumpung Hai dan Festival Dayak 2022, Rabu (27/7), di Palangka Raya.
Mengapa ketidakhadiran para pejabat ini sangat disesalkan, kata Andreas, mengingat yang hadir adalah suku Dayak yang ada di Pulau Kalimantan. Artinya, Pumpung Hai tidak semata dihadiri oleh suku Dayak Kalteng saja, tapi ada dari daerah lain.
Ada keprihatinan bersama, ungkap Andreas, atas permasalahan yang dihadapi oleh suku Dayak. Permasalahan yang menimpa suku Dayak Kalteng, turut menjadi perhatian dari suku Dayak daerah lain, demikian pula sebaliknya. Ini adalah gerakan bersama untuk bagaimana ke depan suku Dayak lebih baik, dan mendapatkan perlindungan.
Kembali, kata Andreas, sangat disesalkan para pejabat yang merupakan bagian dari tuan rumah pelaksanaan Pumpung Hai tidak ikut ambil bagian pada saat pembukaan Pumpung Hai. ded