PALANGKA RAYA/Corong Nusantara– Minimnya serapan Dana Reboisasi untuk merehabilitasi hutan yang rusak di wilayah Kalimantan Tengah (Kalteng) menjadikan persoalan hutan di provinsi ini semakin pelik.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Ranu Welum Foundation Emmanuela Shinta mengungkapkan bahwa sering kali proses birokrasi dan administrasi tampak lebih penting daripada hasil nyata sebuah program.
Emmanuela menegaskan, dirinya sering menyampaikan pada forum-forum lingkungan hidup agar para decision makers (pembuat keputusan) dapat dengan bijak dalam penggunaan dana bagi pemulihan kawasan hutan yang rusak.
“Sebenarnya sama saja seperti yang saya sering bilang juga di forum-forum para decision makers, uang banyak kalau dialokasikan secara tepat dan langsung pada implementasi lapangan, yaitu pemulihan hutan dengan menempatkan komunitas sebagai pemeran utama inisatif tersebut, pasti efektif dan berdampak signifikan,” katanya saat dibincangi Tabengan, pekan lalu.
Dikatakan gadis berdarah Maanyan tersebut, bukan persoalan besar atau kecilnya sebuah anggaran, tapi lebih kepada hasil implementasi yang diharapkan oleh masyarakat yang terdampak oleh rusaknya hutan.
“Terserahlah mau anggaran besar atau kecil, sisa berapa, bla bla bla… yang mau kami lihat adalah hasil. Anggaran besar tanpa hasil, itu jelas problematik. Begitu pula kalau masalah besar tapi anggaran sedikit,” ucapnya. dsn